BAB V
PENANGANAN
MASALAH
A.
Rencana
Intervensi
Rencana intervensi merupakan proses rasional yang disusun dan
dirumuskan oleh praktikan yang meliputi kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan
untuk memecahkan masalah klien. Rencana intervensi ini disusun dan dirumuskan
berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan sebelumnya oleh praktikan
sebagai berikut:
1. Tujuan
intervensi
Adapun tujuan dari rencana intervensi terbagi
menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus penjelasannya sebagai berikut:
a. Tujuan
Umum
Tujuan
umum dari intervensi ini adalah meningkatnya motivasi pada klien “I” di PSBL
Phala Martha Cibadak Sukabumi.
b.
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus dari intervensi ini agar klien “I” dapat:
1) Memiliki
kebutuhan akan keterampilan yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala Martha.
2) Memiliki
motif-motif untuk maju dan lebih baik lagi.
3) Mengikuti
bimbingan rohani dan budi pekerti yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala
Martha.
2. Sasaran
Intervensi
Sasaran
dari intervensi tersebut adalah Klien “I” dengan maksud agar klien “I” dapat
memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk mengikuti semua kegiata yang ada di
Panti Bina Laras Phala Martha.
3. Pelaksana
Adapun pelaksana dari kegiatan ini adalah
praktikan yang berperan sebagai motivator, fasilitator, sebagai pendukung, dan
sebagai advisor. Pemberi dukungan untuk pelaksanaan tahap intervensi ini adalah
perawat, psikolog, pekerja sosial (pembimbing) instruktur ketrampilan,
teman-teman klien dalam convercation
group, socialization group, dan
educational group.
4. Metode
dan Tekhnik
a.
Metode yang digunakan adalah
1)
Social
Case work dimana social case work ini merupakan suatu
metode yang digunakan untuk menangani masalah klien secara individu. Dalam
menggunakan metode social case work ini
praktikan melakukan pertolongan kepada klien “I” untuk mengatasai masalahnya.
Tekhnik yang digunakan
adalah
(a) Small Talk, yaitu
menciptakan suasana akrab dengan klien “I” agar menimbulkan kenyamanan dalam
berkomunikasi.
(b) Ventilation, yaitu
memberikan kesempatan kepada klien “I” untuk mengungkapkan masalah yang dialami
klien “I” yaitu motivasi yang kurang
(c) Support, yaitu
untuk memberikan dukungan kepada klien “I” agar klien “I” memiliki motivasi
untuk mengikuti semua kegiatan yang ada di PSBL Phala Martha.
(d) Advice giving dan
conceling, memberikan nasehat,
pendapat dan bimbingan yang dilakukan dengan upaya pemberian pendapat dan
meningkatkan wawasan yang berdasarkan pengalaman atau pengetahuan profesional.
(e) Logical discussion,
yaitu tekhnik yang mampu digunakan untuk berpikir dan bernalar, untuk memahami
fakta-fakta dari suatu masalah untuk melihat kemungkinan alternatif
pemecahannya.
(f) Token
ekonomi, digunakan untuk memicu motivasi
klien dalam melakukan aktivitas atau kegiatannya.
2)
Social Group Work (kelompok
sosial)
Social
group work merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menangani masalah klien dengan menggunakan kelompok yang dapat membantu
klien menyelesaikan masalahnya.
Tekhnik
yang digunakan adalah
(a) Terapi
pencerahan hati, yaitu untuk membantu klien “I” mengungkapkan perasaannya baik
itu perasaan senang maupun sedih yang dialaminya pada hari itu.
(b) Terapi
bola citra diri, yaitu untuk membantu klien mengenal lebih dalam lagi tentang
teman-teman yang ada.
(c) Terapi
kelompok, yaitu untuk melatih kemampuan berinteraksi sosial. Terapi ini
merupakan salah satu metode penyelesaian masalah-masalah individu melalui
kelompok, seperti:
(1) Dinamika
kelompok.
(2) Kelompok
percakapan sosial.
(3) Kelompok
sosialisasi.
(4) Kelompok
pendidikan.
5. Program
Intervensi
Program
intervensi yang diberikan kepada klien “I” melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Tahap
pembentukan relasi pertolongan
Kegiatan ini bertujuan untuk membangun relasi
kepada pihak-pihak yang dapat memberikan pertolongan kepada klien “I”.
Praktikan akan membangun relasi pertolongan terhadap klien, teman-teman klien,
Pekerja Sosial, dan psikolog. Praktikan bekerjasama dengan pihak-pihak tersebut
untuk ikut terlibat dalam kegiatan intervensi, dalam relasi pertolongan ini
teknik yang digunakan adalah small talk,
yaitu percakapan-percakapan sederhana pada saat kontak awal, saat berkenalan
untuk menjalin relasi. Teknik Lobbying
(melobi/mengajak) untuk bekerja sama pihak-pihak yang terkait dengan proses
pertolongan adapun metode yang digunakan adalah social group work.
b. Tahap pemberian motivasi
Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan dorongan kepada klien “I” agar mampu mencapai kemajuan
melalui kekuatan-kekuatan internalnya. Praktikan memberikan motivasi, kepada klien agar memberdayakan potensi dalam
dirinya. Praktikan menggunakan teknik small
talk, Ventilation, support, advice giving, ajakan (persuasive).
c. Tahap
Pemberian Kemampuan
Kegiatan ini
bertujuan untuk melakukan perubahan lingkungan berkaitan dengan
keterampilan-keterampilan yang klien miliki, yang meliputi kemampuan-kemampuan
untuk memahami upaya perubahan yang dilakukan, serta kemampuan untuk melakukan
kegiatannya dan tidak malas-malasan lagi. Praktikan menggunakan teknik small talk, support, self managemen.
d. Tahap
Pemberian Kesempatan
Kegiatan
ini dilakukan agar klien “I” dapat memunculkan dan mengembangkan kemampuannya.
Praktikan menggunakan teknik small talk, dan
dengan cara token ekonomi dimana token ekonomi ini berupa pemberian satu kepingan atau satu
tanda, satu isyarat sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran
muncul. Kepingan-kepingan ini nantinya dapat ditukar dengan benda atau
aktivitas pengukuh yang dingini oleh subjek. Ketika klien melakukan dengan baik
tugas-tugasnya maka akan diberikan tanda berupa bintang atau stiker, tetapi
jika klien tidak dapat melaksankan tugasnya maka tanda bintang atau stiker
dihilangkan. Praktikan juga menggunakan teknik conversation group, socialization group, dan educational group yang dapat membantu klien memecahkan masalahnya.
B. Pelaksanaan Intervensi
Pelaksanaan
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi yang telah disusun
oleh praktikan maka pelaksanaan program inetervensi terhadap klien “I”
dilaksanakan melalui tahapan-tahapan dalam proses pertolongan yaitu:
1. Tahap
Pembentukan Relasi Pertolongan
Tahap pembentukan
relasi pertolongan dilaksanakan pada hari Rabu, 6 November 2013. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai beriku:
a. Home visit ke
klien “I” untuk menjalin relasi pertolongan dan menjelaskan kepada klien bahwa
ia akan diintervensi. Intervensi yang dilakukan adalah berdasarkan atas
kesediaan klien dalam bekerjasama selama proses intervensi.
b. Menemui
teman-teman klien yang berada satu asrama
dengan klien dalam hal ini praktikan menyampaikan agar teman-teman klien
“I” dapat membantu klien.
c. Menemui
pekerja sosial dalam hal ini pembimbing klien “I”, menemui psikolog, dan
instruktur ketrampilan untuk menjalin relasi pertolongan. Tekhnik yang
digunakan oleh praktikan adalah small
talk, dan lobbyling, penggunaan ketrampilan-ketrampilan wawancara,
komunikasi, dan relationship. Metode
yang digunakan adalah social case work
untuk bekerja sama selama proses intervensi.
2. Tahap
Pemberian Motivasi
Pada
tahap pemberian motivasi ini praktikan melaksanakan dengan cara :
a. Praktikan
melakukan home visit dengan kegiatan
yang diberikan adalah memberikan dukungan terhadap klien “I” kegiatan ini
dilaksanakan pada pada hari kamis 7 November 2013. Ketika menemui klien “I”
diasaramanya ia menceritakan bahwa ia ragu untuk kembali pulang kerumahnya,
klien “I” juga bertanya-tanya bagaimana keadaannya jika ia pulang kerumah
karena kakak iparnya tidak menyukai
dirinya karena ia sering di perlakukan tidak baik. Setelah praktikan mendengarkan
cerita klien praktikan memberikan motivasi berupa kata-kata yang menguatkan
hati klien. Praktikan juga memberikan advice
bahwa klien harus benar-benar
berusaha memberikan sugesti pada diri sendiri bahwa ia sanggup dan mampu untuk
lebih baik setiap harinya. Praktikan mengajak
klien sekaligus memberikan dukungan dalam bentuk mendampingi klien “I”
untuk mengikuti kegiatan keterampilan membuat keset dan souvenir. Sambil
menunggu klien di beri tugas oleh instruktur ketrampilan praktikan memberikan
nasehat dan motivasi kepada klien agar
mengikuti kegiatan ketrampilan datang tepat waktu tanpa harus diingatkan terus
menerus, kalau seperti itu terus kapan klien bisa lebih baik. Praktikan
menggunakan metode social case work.
b. Kegiatan yang dilakukan pada hari kedua adalah
memberikan bimbingan dan nasehat kepada klien “I” yang dilaksanakan pada hari Jumat
8 November 2013, praktikan melakukan home
visit terhadap klien “I” disaramanya, menanyakan kabarnya. Praktikan
menanyakan kepada klien apakah klien sudah melakukan kegiatannya seperti
sholat, mandi, membersihkan kamarnya. Klien mengatakan ia belum sempat sholat.
Praktikan menyampaikan kepada klien agar melaksanakan ibadah, karena itu juga
sangat penting bagi dirinya. Kemudian praktikan mengajak klien “I” untuk
mengikuti kegiatan ketrampilan tetapi klien menolak karena besok adalah hari
libur. Praktikan menyampaikan bahwa tidak ada hubungannya hari libur besok
dengan kegiatan keterampilan hari ini. Praktikan lalu memberikan motivasi dan
nasehat, serta mengajak klien agar mengikuti kegiatan ketrampilan dan klien pun
mengikuti kegiatan ketrampilan dengan didampingi oleh praktikan. Metode yang
digunakan yaitu social case work.
c. Kegiatan yag diberikan adalah bimbingan
belajar, kegiatan ini dilaksanaka pada hari sabtu tanggal 9 November 2013,
praktikan melakukan home visit
terhadap klien “I” untuk memberikan dukungan dan motivasi sekaligus
mengingatkan klien “I” bahwa ia harus mengganti pakaiannnya karena sudah dua
hari klien belum mau mengganti bajunya. Praktikan memberikan nasehat dan
mengajak klien “I” untuk bergabung bersama teman-temannya diasrama yang
kebetulan sedang mengobrol. Metode yang digunakan yaitu social case work.
3. Tahap
pemberian kesempatan
Pada
tahap pemberian kesempatan yang praktikan laksanakan sebagai berikut ini:
a. Kegiatan
yang praktikan lakukan adalah membuat kesepakatan bersama klien “I” yaitu Token
Ekonomi pada hari senin 11 November 2013, dimana praktikan menyampaikan kepada klien
bahwa jika klien dapat melaksanakan semua kegiatannya maka klien akan diberikan
satu koin tetapi jika tidak maka praktikan akan mengambil koin tersebut.
Kesepakatan tersebut dibuat klien mau koin tersebut ditukarkan dengan nasi
goreng. Kemudian praktikan memberikan nasehat kepada klien “I” bahwa untuk
melakukan semua aktivitas atau kegiatan tidak harus ada imbalannya, kegiatan
itu juga untuk kebaikan diri sendiri seperti ketrampilan itu untuk diri sendiri
sehingga jika klien sudah selesai dari panti klien dapat melakukan
ketrampilannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus bergantung pada
kakaknya juga klien harus bergabung dengan teman-teman sesama PM, itu untuk
melatih klien berelasi dengan masyarakat ditempat tingal klien. Motede yang
digunakan social case work.
b.
Praktikan melakukan home visit terhadap klien”I” untuk memberikan concelling kepada klien “I” pada hari kamis tanggal 14 November
dengan tekhnik ventilation yaitu
praktikan mendengarkan curahan hati klien tentang keinginannya dibesuk oleh
kakaknya dan kerinduannya akan ibu dan anaknya. Setelah Praktikan mendengarkan
curahan hati klien praktikan meminta klien untuk duduk rileks sambil memejamkan
mata dan menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskanya secara perlahan sambil
mengatakan kakaknya pasti datang dan ibu serta anaknya dalam keadaan yang
sehat-sehat saja hanya menunggu waktu yang tepat untuk bertemu. Kegiatan ini
praktikan lakukan untuk menenagkan hati dan pikiran klien.
Kemudian praktikan
memberikan motivasi dan nasehat bahwa klien harus banyak bersabar dan
tidak usah terlalu memikirkan hal tersebut memang keluarga merupakan faktor
utama untuk kita, tetapi klien harus berusaha menjadi lebih baik lagi dari yang
sebelumnya sehingga nanti keluarga akan menerima dan mengakui perubahan klien.
Praktikan juga memberikan nasehat kepada klien bahwa ia harus rajin beribadah,
klien harus memiliki semangat untuk berubah terus semangat sehingga banyak hal
yang bisa dilakukan dengan baik.
Praktikan juga mengajak
klien untuk logical discusion (diskusi
logis) untuk klien menilai dan memahami masalah yang dihadapinya, mengajak klien dengan menggunakan
tekhnik self managemen dimana
klien”I” harus bisa membukitkan bahwa ia bisa melakukan semua aktivitas dengan
baik tanpa harus diingatkan secara terus-menerus oleh praktikan maupun
pembimbing asramanya. Metode yang digunakan social
case work.
4. Tahap
pemberian kemampuan
a. Pelaksanaan
dinamika kelompok, dengan nama kegiatan adalah social conversation group yang dilaksanakan pada hari Selasa 12
November 2013. Dalam kegiatan ini praktikan bersama dengan teman-teman
praktikan dan kliennya masing-masing, meminta klien untuk turut serta berpartisipasi
didalam kelompok yang telah dibentuk tersebut. Maksud dari pembentukan kelompok
ini adalah untuk membantu diri klien sendiri.
Langkah berikutnya yang
praktikan lakukan bersama teman-teman adalah pemberian motivasi, dilanjutkan
dengan pemberian games pencerahan hati dimana dalam games ini praktikan meminta
para klien untuk saling mengenalkan diri dulu karena diantara mereka belum ada
yang saling kenal. Dari games ini praktikan mendapatkan ungkapan hati klien “I”
bahwa hari ini ia sangat senang karena dapat menjalankan sholat subuh, dan
klien merasa sedih karena belum di besuk-besuk juga oleh keluarga.
Langkah berikutnya
adalah pencitraan diri dimana citra diri ini berupa ungkapan dari klien tentang
teman-teman satu grupnya. Setelah ungkapan hati dan pencitraan diri dari
masing-masing klien selesai praktikan memberikan pujian, nasehat,
dan juga motivasi kepada para klien. Adapun jenis kelompok dalam
kegiatan ini adalah conversation group (kelompok
percakapan sosial) karena para klien masih belum saling mengenal dengan baik
satu dengan yang lainnya. Metode yang digunkan adalah social group work.
b. Kegiatan
yang diberikan adalah socialization
groups (kelompok sosialisasi) dengan tujuannya yaitu untuk mengembangkan atau mengubah
sikap-sikap dan perilaku-perilaku anggota kelompok agar lebih dapat diterima
secara sosial dilaksanakn pada hari Rabu tanggal 13 November 2013, Dalam
dinamika kelompok ini praktikan mulai dengan pencerahan hati dimana klien “I”
mengungkapkan bahwa hari ini ia sangat senang karena ia bisa melaksanakan
sholat wajibnya dengan baik, klien merasa seduh karena ia belum maksimal dalam
membersihkan asramanya, karena ia merasa pusing. Klien mengungkapkan bahwa ia
juga ingin seperti “N” yang rajin bersih asrama, kerjanya bagus, bisa disayang
oleh Peksos dan juga bisa dapat UEP. Setelah pencerahan hati selesai praktikan
memberikan pujian kepada klien “I” karena sudah mulai rajin dan memiliki
motivasi dari temannya juga, praktikan juga memberikan nasehat kepada klien
agar melakukan semua kegiatannya bukan juga hanya karena Token Ekonomi yang
telah disepakati. Metode yang digunakan adalah social group work.
c.
Kegiatan kali ini adalah educational group, dilaksanakan pada hari
Jumat, 15 November 2013, seperti yang telah dilakukan pada dinamika kelompok
sebelumnya langkah pertama yang dilakukan adalah dengan mendengarkan ungkapan
perasaan hati oleh klien, dimana perasaan hati klien yang senang adalah dapat
menjalankan tugasnya secara maksimal, klien merasa sedih karena rokoknya hilang
satu.
Langkah
selanjutnya adalah praktikan memberikan kesempatan kepada klien tentang masalah
mereka. Hasil yang didapatkan adalah klien “I” merasa bersalah kepada Ibu dan
kakaknya. Perasaan bersalaha klien “I” terhadap ibunya adalah karena Ia telah
menyia-nyiakan waktunya yang dulu. Perasaan bersalah klien “I” terhadap
kakaknya ialah karena dulu Ia sering bandel jarang kontrol kedokter dan juga
malas minum obat. Setelah masalahnya diungkapkan praktikan memberikan
kesempatan kepada para klien untuk memikirkan cara penyelesaian masalah yang
ditimbulkan oleh mereka. Adapun penyelesaian masalah yang klien ungkapkan
adalah:
1) Minta
maaf
2) Memperbaiki
hubungan dari awal
3) Membimbing
agar lebih baik
4) Menelusuri
kesalahan
5) Jangan
mengikuti apa yang didengarkan
6) Insaf
dan pendekatan Agama
7) Rajin
minum obat
8) Mendengar
nasehat yang diberikan
9) Ingin
cepat sembuh dan kembali ke keluarga.
Setelah klien dapat menemukan solusi untuk
menyelesaikan masalah yang telah mereka lakukan praktikanpun memberikan
motivasi bahwa yang telah mereka lakukan dapat mereka pecahkan masalah yang
telah mereka lakukakan, harus benar-benar mempunyai niat yang sungguh-sungguh
maka klien dapat menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Praktikan meminta klien untuk menulis solusi pemecahan masalahnya dibuku untuk
kemudian dibaca dan dilaksanakan.
Metode yang digunakan adalah social group
work.
C.
Evaluasi
1. Tujuan dan Hasil
Tujuan
yang ingin dicapai sebelumnya oleh praktikan dalam proses pertolongan terhadap
klien “I” adalah agar klien “I” dapat:
a. memiliki
kebutuhan akan ketrampilan yang diberikan.
b. memiliki
motiv-motiv untuk maju dan lebih baik lagi.
c. mengikuti
bimbingan rohani, dan budi pekerti yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala
Martha.
Hasil
yang telah diperoleh dari proses pertolongan yang diberikan terhadap klien “I”
di PSBL Phala Martha adalah:
a. klien
“I” memiliki kebutuhan akan ketrampilan, klien “I” tidak malas-malasan lagi
untuk mengikuti ketrampilan yang diberikan.
b. klien
“I” memiliki motiv-motiv dari dalam dirinya, klien “I” memiliki pemahaman untuk
perubahan dirinya.
c. klien
“I” menjadi rajin dan tidak lagi malas-malasan dalam mengikuti bimbingan rohani
dan budi pekerti yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala Martha.
2. Faktor
Pendukung Keberhasilan Intervensi
Adapun faktor pendukung intervensi terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Faktor
Internal
Klien masih memiliki semangat dan motivasi
untuk menjadi lebih baik, melakukan semua kegiatan dengan baik.
b. Faktor
Eksternal
1) Adanya
kesepkatan tentang Token Ekonomi yang dibuat oleh praktikan dan klien “I”.
2) Klien
menjadikan seorang PM yang bernama “N” sebagai inspirasinya, dimana klien “N”
ini sangat rajin melakukan semua aktivitasnya, disayang oleh pekerja sosial dan
juga klien ingin mendapat UEP.
3) Adanya
bantuan, dukungan, dan motivasi dari pekerja sosial selaku pembimbing dan
teman-teman klien “I” diasramanya dan teman-teman dalam dinamika kelompok.
3. Faktor
Penghambat Intervensi
Faktor
pengambat intervensi ini terdiri dari faktor Internal dan faktor Eksternal
yaitu:
a.
Faktor Internal
Faktor
internal yaitu klien “I” masih belum memiliki inisiatif untuk melakukan
kegiatannya harus di suruh oleh pendampingnya dulu.
b. Faktor
Eksternal
1) Waktu
pelaksanaan intervensi yang sudah direncanakan harus bentrok dengan kegiatan
panti.
2) Keluarga
yang merupakan penyemangat utama klien masih belum juga membesuk.
D. Terminasi
Sehubungan dengan selesainya
proses pertolongan yang telah disepakati antara praktikan dengan lembaga, dan
bertepatan dengan berakhirnya waktu praktikum di PSBL Phala Martha Cibadak,
maka praktikan melakukan terminasi. Terminasi dilakukan pada hari Rabu, tanggal
27 November 2013. Hal ini ditujukan untuk menghindari ketergantungan klien “I”
terhadap praktikan.
E.
Rujukan
Mengingat proses pertolongan terhdap klien yang mengalami
motivasi yang kurang di PSBL Phala Martha
belum optimal maka praktikan melakukan rujukan. Rujukan dilakukan pada
hari Kamis, tanggal 28 November 2013 kepada pihak lembaga PSBL Phala Martha
yaitu melalui pekerja sosial selaku pembimbing. Pada saat di rujuk klien “I” dalam
kondisi:
1. klien
“I” memiliki kebutuhan akan ketrampilan, klien “I” tidak malas-malasan lagi
untuk mengikuti ketrampilan yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala Martha.
2. klien
“I” memiliki motif-motif dari dalam dirinya, klien “I” memiliki pemahaman untuk
perubahan dirinya.
3. klien
“I” menjadi rajin dan tidak lagi malas-malasan dalam mengikuti bimbingan rohani
dan budi pekerti yang diberikan oleh pihak lembaga PSBL Phala Martha.
Thanks atas informasinya klo bisa informasi lain dari psbl phala martha ya
BalasHapus1xbet korean - Legalbet.co.kr
BalasHapusNo หารายได้เสริม deposit 1xbet bonus is a wagering requirement deccasino to be used at 1xbet. If you like to bet on sports with one of our member casinos, you can use your winnings to